Jakarta [30/11/2022] - BUMN Holding pangan ID FOOD terus berupaya untuk perbaikan hulu dan hilir pangan sebagai wujud dukungan terhadap kemandirian pangan nasional.
Komisaris Utama PT RNI (Persero)/ Holding pangan ID FOOD, Bayu Krisnamurthi mengatakan, sistem perbenihan dan perbibitan sebagai upaya perbaikan hulu pangan dapat dengan membangun sistem perbenihan, bukan hanya produksi benih tapi juga distribusi benih lebih profesional.
“Terdapat lima tantangan dalam penguatan dan pengembangan sistem perbenihan dan perbibitan,” kata Bayu.
Pertama, benih dan bibit adalah industri yang berbasis riset. Riset dan pengembangan adalah sebuah keharusan dalam industri benih. “Bagaimana bisa mendapatkan benih tahan kering, perlu dengan riset,” katanya.
Kedua, benih iklim bisnis yang sehat. Investasi benih lebih spekulatif dibandingkan budidaya itu sendiri. Jadi, jika tidak terjaga industri benihnya, maka siapa yang akan investasi.
“Tantangan yang ketiga adalah modernisasi seed production and operation, untuk mendapatkan produktivitas benih yang tinggi diperlukan teknologi modern,” pungkasnya.
Bayu melanjutkan tantangan keempat adalah farmers engagement, yakni perlu berinteraksi dengan petani, khususnya memberikan bimbingan kepada petani.
“Tantangan kelima adalah kerja sama, yakni bagaimana kita kerjasama. Kerjasama bagian yang tak terelakan dalam pengembangan perbenihan dan perbibitan,” tuturnya.
Menurutnya, penguatan dan pengembangan benih dan bibit ini sejalan dengan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai bagian dari membangun ekosistem pangan dan meningkatkan peran petani.
“Transformasi pangan yang utama,” jelas Menteri Erick pada kegiatan talkshow bersama Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI), di gedung RNI Kuningan, Jakarta. [30/11/2022]
Menteri Erick Thohir melanjutkan, Kementerian BUMN telah membentuk PMO pangan untuk membangun ekosistem pangan yang bermanfaat untuk semua, dan pangan menjadi bagian dari sektor unggulan BUMN untuk menopang pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan menurutnya, Kementerian BUMN telah menetapkan transformasi pangan sebagai langkah awal.
“Sejak Covid-19 kita lakukan pertemuan pembahas pangan, kita bangun ekosistem pangan yang baik untuk semua, apakah BUMN dengan private sector atau swasta, BUMN dengan para penemu inovasi, ataupun dengan para pelaku petani, ini yang akan kita lakukan, termasuk UMKM menjadi bagian,”terang Menteri Erick.
Ke depan menurutnya, peluang pangan sangat besar dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik hingga 2024. Apalagi masyarakat kelas menengah pada tahun 2030 akan mencapai sekitar 145 juta jiwa dan angka ini akan terus melanjut. “Daya beli meningkat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang membaik, konteks lain artinya perlu pangan,” katanya.
Menteri Erick mengatakan Indonesia memiliki potensi produktivitas pertanian dan perikanan yang sangat besar untuk dikembangkan bagi kesejahteraan petani dan nelayan, bangun ekosistem.
“Infrastruktur pangan kita, ID FOOD kita, ayo bersama-sama BUMN, swasta, UMKM, para penemu riset, adik-adik mahasiswa yang bisa menjadi riset bersama, kita dorong untuk ekonomi kita tumbuh, ekosistem yg bisa digabungkan. Sudah seyogyanya kita berkolaborasi memastikan kemandirian pangan, kita rajut ekosistem pangan Indonesia untuk kesejahteraan rakyat dan petani, untuk Indonesia,” ungkapnya.
Karena itu, Menteri Erick membuka kepada semua pelaku usaha dan pakar untuk membangun ekosistem pangan yang saling membangun. Sebab, tidak bisa membangun ekosistem pangan hanya oleh satu stakeholder.
Menteri Erick juga mengingatkan, peran petani juga harus menjadi perhatian khusus. Jadi bagaimana memastikan produksi pangan tetap terjaga, Apalagi realitasnya, kondisi pertanian terus menurun. Terlihat bagaimana lahan pertanain berkurang, rata-rata petani hanya memiliki lahan di bawah 1 ha. “Saat ini petani tidak punya economic of scale, apalagi masing-masing petani menanam komoditas yang beda, artinya cost menjadi mahal. Pupuk langka dan benih yang ditanam bukan unggul,” katanya.
Karena itu ke depan, Menteri Erick berharap, kita harus membangun ekosistem pangan. Salah satu yang digagas Kementerian BUMN adalah Program Makmur. Program tersebut yang sudah berjalan untuk komoditas padi, jagung dan tebu. “Program Makmur ini versi BUMN membangun ketahanan pangan,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Umum MPPI terpilih, H.E. Herman Khaeron mengatakan, kehadiran Menteri BUMN dalam pengukuhan Pengurus MPPI ini merupakan out of the box. Apalagi ada strategi baru dalam pengelolaan BUMN. Misalnya, selama dua tahun bangsa Indonesia menghadapi krisis covid-19, Kementerian BUMN bergerak paling agresif. Begitu juga saat bencana alam.
Bahkan, lanjut Herman, Kementerian BUMN juga membentuk ID FOOD yang pengelola sektor hulu hingga hilir. Ke depan BUMN juga bagian penting dalam pelaksanaan UU No. 18 Tahun 2012 menuju pangan yang berdaulat dan mandiri. “Kami tawarkan MPPI menjadi wadah entitas pelaku dan praktisi untuk bisa mempertahankan Indonesia yang merupakan negara agraris, bisa berdaulat dan mandiri,” ujarnya.
Herman juga melihat petani menjadi bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam mengejar sektor pangan. Karena itu berharap, sebagai sebuah forum, MPPI harus menjadi pengikat untuk berdiskusi, melahirkan ide dan gagasan, bahkan menampung curahan hati seluruh pihak di dunia perbenihan dan perbibitan tanah air.
“Jadi sebagai organisasi naungan, harusnya MPPI menjadi organisasi pejuangan, baik sektor perbenihan maupun pertanian. Bahkan menjadi wadah yang melahirkan solusi bagi bangsa,” katanya.