Jakarta [12/12/2022] - BUMN Holding Pangan ID FOOD optimis bisnis sektor garam yang dikelola PT Garam berpotensi untuk dikembangkan.
Hal tersebut dikatakan Komisaris Holding pangan ID FOOD Budiono Sandi saat berkunjung ke pabrik garam di Sumenep, Jawa Timur.
“Bisnis garam bisa mengangkat perekonomian dan kesejahteraan petani garam melalui peningkatan kemitraan dengan masyarakat lokal,” jelas Budiono.
Budiono menambahkan sektor bisnis garam berpotensi untuk dikembangkan, khususnya untuk kebutuhan sektor industri aneka pangan.
“Kemitraan dengan masyarakat seperti dengan petani/ petambak garam dapat terus di
tingkatkan sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat,” ujar Budiono.
Seperti diketahui, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan total produksi garam lokal tahun 2021 capai 1,092 juta ton, 912 ribu ton diproduksi dari petani garam dan 180 ribu ton dihasilkan dari produksi PT Garam.
Sedangkan kebutuhan garam khusus untuk sektor rumah tangga, komersil, peternakan capai 745 ribu ton. “Artinya, ada peluang untuk mendukung Pemerintah berswasembada garam konsumsi dan kedepan PT Garam terus melakukan pembenahan dan mengambil peluang pasar garam industri dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi serta menjalin kemitraan petani garam,” terang Budiono.
Hal ini tentunya sejalan dengan arahan Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu yang berkomitmen membangun ekosistem industri garam di Indonesia. Menteri Erick mengatakan bahwa industri garam memerlukan ekosistem yang bisa menunjang peningkatan ekonomi masyarakat di Madura Raya termasuk petani, salah satunya untuk mendukung peningkatan perekonomian dengan memberikan pendampingan dan pembukaan akses pasar untuk petani garam.
Sementara itu, Abdul Rochim Komisaris Holding pangan ID FOOD menambahkan pembenahan sektor garam yang dikelola anggota holding ID FOOD dapat dengan merevitalisasi pengolahan garam on farm dan off farm dan optimalisasi aset garam non produktif untuk menunjang produksi garam. Tentunya, melibatkan stakeholder termasuk petani dan masyarakat lokal dalam bertransformasi.
“Terkait langkah pembenahan melalui revitalisasi rencana pembangunan pabrik garam yang akan dibangun, dapat dikoordinasikan dengan stakeholder agar pabrik garam tersebut dapat memberi manfaat optimal bagi masyarakat,”pungkas Rochim. Pun, hal ini dikuatkan lagi dari Komisaris ID FOOD lainnya M.Riza Damanik pada saat berkunjung langsung kunjungan kerja ke pabrik garam di Sumenep, Jawa Timur dalam mendukung transformasi PT Garam. Riza mengatakan holding pangan ID FOOD akan terus mendukung penguatan rencana strategis PT Garam ke depan, baik dalam rangka mendukung pemerintah dalam peningkatan produksi garam nasional, memastikan keberlanjutan kualitas dan kuantitas garam nasional, serta meningkatkan kesejahteraan para petambak garam.
Holding pangan ID FOOD melalui PT garam akan melakukan sejumlah transformasi untuk menguatkan produksi garam nasional. Beberapa diantaranya dengan merevitalisasi ladang garam sebagai langkah transformasi di on farm mulai dari ladang pergaraman, perbaikan tata kelola air sehingga dapat menghasilkan air tua yang optimal, selain itu juga melakukan sistem mekanisasi dalam panen garam dan pengolahan bittern.
Di off farm, langkah transformasi yang dilakukan melalui penguatan pengolahan garam dengan optimalisasi pabrik dan peningkatan kapasitas pabrik serta rencana optimalisasi puluhan aset-aset PT Garam di beberapa titik lokasi di Indonesia dengan pemanfaatan aset dan rencana pengembangan skala prioritas dan kebutuhan pasar, diantaranya dengan mengembangkan industri hilirisasi soda kaustik dan soda ash.
Langkah transformasi sektor garam ini didukung dari kinerja positif PT Garam, terbukti dari realisasi penjualan sampai dengan Oktober 2022 tercatat Rp.285 Miliar dengan perolehan laba usaha hingga Oktober 2022 ini capai 16 Miliar atau 116% dari target RKAP tahun 2022. Berdasarkan data yang dihimpun dari PT Garam, hingga Oktober 2022, pasokan garam tahun 2022 sinergi petambak/ petani garam tercatat sekitar 515 ribu ton yang tersebar di beberapa provinsi mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan wilayah produksi lainnya.