PT Perikanan Indonesia menjalin kerja sama dengan sejumlah
perusahaan perikanan asal Tiongkok di Ajang World Seafood Shanghai, pameran
perikanan berskala internasional yang digelar di Shanghai New International
Expo Centre.
Pameran seafood terbesar ini dihadiri oleh 36 negara dengan
1.400 exhibitors yang memamerkan produk perikanan dunia. Dalam
kesempatan ini, PT Perikanan Indonesia memperoleh wadah untuk ajang saling
kerja sama, interaksi dan kolaborasi dengan high-quality buyer.
PT Perikanan Indonesia telah menandatangani kerja sama
dengan 6 perusahaan Tiongkok, antara lain Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd.,
Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Services Co., Ltd dan Shanghai Seafirst Co.,
Ltd terkait pengembangan bisnis produk perikanan terpadu.
Selain itu, PT Perikanan Indonesia juga menggaet perusahaan
lain yakni Lygend Resources & Technology Co., Ltd, Zhejiang Ocean Fisheries
Co., Ltd dan Matrix Resources Co., Ltd terkait kerjasama operasional
pengembangan pelabuhan perikanan dan program penangkapan ikan terukur.
Direktur Utama PT Perikanan Indonesia, Sigit Muhartono
mengatakan ajang World Seafood Shanghai ini adalah ajang temu antar perusahaan
dan pebisnis perikanan yang profesional di kancah internasional.
“Kami
selaku BUMN Perikanan ini berhasil melakukan kerja sama dengan 6 perusahaan
asal Tiongkok untuk menjadi mitra bisnis. Baik bisnis perdagangan dan
pengolahan ikan, jasa bisnis kepelabuhanan ataupun program penangkapan ikan
terukur yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan ,” katanya dalam
keterangan resminya.
Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia, Fajar
Widisasono menjelaskan PT Perindo menjajaki kerja sama dengan Shanggang
Edi-China Trading Co., Ltd. Perusahaan perdagangan ekspor impor ini membutuhkan
udang jenis vanamei sebanyak 108 ton atau 4 kontainer per bulan untuk disuplai
oleh PT Perikanan Indonesia. Kontrak ini memiliki valuasi ekspor sebesar Rp11,5
miliar per bulannya.
Sementara itu, perusahaan lainnya yakni Tiancheng
(Shanghai) Supply Chain Service Co., Ltd. mengajukan permintaan impor Baby Tuna
dan Cakalang dari Indonesia sebanyak 6 kontainer per bulan dengan kapitalisasi
Rp4,4 miliar per bulannya.
“Sebetulnya permintaan lebih dari itu, namun Kami akan
berusaha untuk menyuplai permintaaan mereka dengan volume yang kami sesuaikan
dengan kemampuan perusahaan,” tutur Fajar.
PT Perikanan Indonesia juga meneken kerja sama bisnis
pengembangan pelabuhan perikanan dan program Penangkapan Ikan Terukur dengan
Lygend Resources & Technology Co,. Ltd, Matrix Resources Co. Ltd, dan
Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Hasil
kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co,. menyatakan mereka
akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shipu Town yang
berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan
PT Perikanan Indonesia.
Lygend Resources juga akan menghimpun konsorsium 67 pabrik
pengolahan ikan di Shipu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku
700.000 ton per tahun. Bahkan beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan
PT Perindo ke Tiongkok bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi,
Maluku Utara.
Begitu pula dengan Matrix Resources Co. Ltd, yang merupakan
anak perusahaan dari Lygend Resources, bersedia menjadi importir ikan dari
hasil produksi PT Perikanan Indonesia. Mereka membutuhkan setidaknya 3.000 ton
ikan Cakalang dan Baby Tuna dengan kapitalisasi Rp80 miliar per bulan.
Sementara itu, MOU terkait program Penangkapan Ikan Terukur
dilakukan dengan perusahaan Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd.
Dari hasil pembahasan kerja sama, Zhejiang Ocean Fisheris
akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia pada awal September untuk tindak
lanjut rencana kerja sama.
Saat
ini, Zhejiang Ocean Fisheris memiliki 25 unit kapal baja berukuran 150 GT yang
siap dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia. Zhejiang juga telah memiliki
pangkalan pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan fasilitas seluas 3,5
hektar.
“Kami berharap lawatan ke China dalam ajang WSS ini dapat
segera ditindaklanjuti dengan kerja nyata yang membawa keuntungan bagi PT
Perikanan Indonesia,” kata Fajar.